RANKUMAN MATERI BAHASA INDONESIA SM-I


 

Kalimat Transitif dan Intransitif

 Kalimat Aktif Transitif: Kalimat yang membutuhkan objek untuk melengkapi maknanya.

 Biasanya menggunakan kata kerja yang berawalan me- (membaca, menulis, memasak, dll.).

Kata kerja dalam kalimat ini dapat diubah menjadi bentuk pasif.

Contoh:

1.       Saya membaca buku. (Subjek: saya, predikat: membaca, objek: buku)

2.       Ibu memasak nasi goreng. (Subjek: ibu, predikat: memasak, objek: nasi goreng)

Kalimat Aktif Intransitif: Kalimat ini juga memiliki subjek yang melakukan tindakan, namun tidak memerlukan objek untuk melengkapi maknanya. Kata kerja dalam kalimat intransitif sudah memiliki makna yang utuh tanpa perlu objek.

 

Kalimat Aktif Intransitif:

Kalimat Aktif in transitif: Kalimat yang tidak membutuhkan objek untuk melengkapi maknanya

 

Biasanya menggunakan kata kerja yang berawalan ber-, me-, atau tanpa awalan (berjalan, tidur, terbang, dll.).

Kata kerja dalam kalimat ini tidak dapat diubah menjadi bentuk pasif.

Contoh:

1.       Ayah berjalan-jalan di taman. (Subjek: ayah, predikat: berjalan-jalan)

2.       Burung terbang tinggi di langit. (Subjek: burung, predikat: terbang)

 

 

Kata Bermakna Ganda / Homonim

Homonim adalah kata-kata yang memiliki bunyi dan ejaan yang sama, tetapi memiliki arti yang berbeda. Sederhananya, kata-kata ini "bunyinya sama, tapi artinya beda".

 

Contoh Kata Homonim:

Bulu:

Rambut halus pada tubuh burung (misal: bulu merak)

Bagian lembut pada buah (misal: bulu mangga)

Kaki:

Anggota tubuh bagian bawah (misal: kaki manusia)

Bagian bawah suatu benda (misal: kaki meja)

Kunci:

Alat untuk membuka atau mengunci pintu (misal: kunci rumah)

Jawaban atau pemecahan masalah (misal: kunci sukses)

Mata:

Organ penglihatan (misal: mata hitam)

Bagian tengah sasaran (misal: mata panah)

Tangan:

Anggota tubuh bagian atas (misal: tangan kotor)

Alat untuk menunjukkan arah (misal: tangan kanan)

Kepala:

Bagian tubuh paling atas (misal: kepala pusing)

Bagian atas sesuatu (misal: kepala sekolah)

 

 

 

Awalan “me-“

Awalan "me-" adalah salah satu awalan yang paling umum digunakan dalam bahasa Indonesia untuk membentuk kata kerja. Awalan ini berfungsi untuk menunjukkan tindakan atau perbuatan.

Aturan Penggunaan Awalan "me-"

Penggunaan awalan "me-" ini memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan, terutama berkaitan dengan perubahan bentuknya ketika bertemu dengan huruf awal kata dasar. Berikut adalah aturan umumnya:

  • Tetap "me-": Jika kata dasar diawali dengan huruf r, l, w, y, m, n, ng, atau ny, awalan "me-" tetap digunakan.

           Contoh: me-lihat, me-nyanyi, me-nggambar

  • Berubah menjadi "men-": Jika kata dasar diawali dengan huruf selain yang disebutkan di atas, awalan "me-" berubah menjadi "men-".

          Contoh: men-ulis, men-ari, men-jalankan

  • Berubah menjadi "mem-": Jika kata dasar diawali dengan huruf b, f, atau v, awalan "me-" berubah menjadi "mem-".

          Contoh: mem-baca, mem-foto, mem-beli

  • Berubah menjadi "meng-": Jika kata dasar diawali dengan huruf k, t, s, atau p, awalan "me-" berubah menjadi "meng-".

         Contoh: meng-gambar, meng-ukur, meng-atakan

 

 

Pnggunaan awalan "ber-".

 Awalan "ber-" adalah salah satu awalan yang sangat umum digunakan dalam bahasa Indonesia. Awalan ini berfungsi untuk membentuk kata kerja yang menunjukkan suatu keadaan, sifat, atau kegiatan yang melekat pada subjek.

Fungsi Awalan "ber-"

  • Menunjukkan keadaan: Misalnya, bersedih, bersenang hati, berharap.
  • Menunjukkan sifat: Misalnya, berani, bijaksana, baik hati.
  • Menunjukkan kegiatan: Misalnya, berjalan, berlari, bermain.
  • Menunjukkan hubungan: Misalnya, berteman, bersaudara, berkeluarga.


Cara Menggunakan Awalan "ber-"

Penambahan langsung: Biasanya, awalan "ber-" ditambahkan langsung di depan kata dasar. Contoh: ber-jalan, ber-main, ber-lari.

Perubahan bentuk: Dalam beberapa kasus, ada perubahan bentuk huruf pada kata dasar ketika ditambah awalan "ber-". Misalnya:

  • ber- + r: menjadi ber-acun (dari racun)
  • ber- + ajar: menjadi belajar
  • ber- + unjur: menjadi berlunjur


Contoh Kalimat dengan Awalan "ber-"

  • Menunjukkan keadaan: Dia merasa bersedih karena kehilangan kucingnya.
  • Menunjukkan sifat: Anak itu sangat berani.
  • Menunjukkan kegiatan: Kami berjalan-jalan di taman.
  • Menunjukkan hubungan: Mereka bersaudara.
  • Perbedaan Awalan "me-" dan "ber-"

 

Awalan "me-" lebih sering digunakan untuk menunjukkan tindakan yang dilakukan secara aktif oleh subjek. Contoh: membaca, menulis, memasak.

Awalan "ber-" lebih sering digunakan untuk menunjukkan keadaan, sifat, atau kegiatan yang melekat pada subjek. Contoh: bersedih, berani, berjalan.

 

 

Ide Pokok dan Ide Pendukung

Ide Pokok

Ide pokok adalah gagasan utama yang menjadi inti dari sebuah paragraf atau teks. Ini adalah pesan utama yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Ide pokok seringkali disebut juga sebagai gagasan utama, pikiran utama, atau tema utama.

 

Ciri-ciri Ide Pokok:

  •  Jelas dan ringkas: Ide pokok biasanya dinyatakan dalam satu kalimat yang mudah dipahami.
  • Mencakup seluruh isi paragraf: Semua kalimat dalam paragraf seharusnya mendukung ide pokok ini.
  • Biasanya terletak di awal, akhir, atau di awal dan akhir paragraf.

 

Ide Pendukung

Ide pendukung adalah kalimat-kalimat yang menjelaskan atau mendetailkan ide pokok. Ide-ide pendukung ini berfungsi untuk memperkuat dan memperjelas gagasan utama yang telah disampaikan.

 Ciri-ciri Ide Pendukung:

  • 1.      Berhubungan erat dengan ide pokok: Ide pendukung harus selalu berkaitan dengan ide pokok.
  • 2.      Memberikan penjelasan lebih lanjut: Ide pendukung memberikan rincian, contoh, atau fakta yang mendukung ide pokok.
  • 3.       Menghasilkan paragraf yang koheren: Ide pendukung membantu menyusun paragraf yang logis dan mudah dipahami.

 


Membuat Poster

Poster adalah sebuah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar yang dibuat untuk menarik perhatian dan menyampaikan pesan secara singkat kepada khalayak umum

 

Cara Membuat Poster

1.     Tentukan Tujuan dan Target Audiens

Apa tujuan poster Anda? Apakah untuk menginformasikan, mempromosikan, atau mengajak tindakan?

Siapa target audiens Anda? Usia, minat, dan latar belakang mereka akan mempengaruhi desain dan pesan yang Anda sampaikan.

2.       Pilih Tema dan Konsep

Tema: Tentukan topik utama yang akan diangkat dalam poster Anda.

Konsep: Kembangkan ide-ide kreatif yang sesuai dengan tema. Pertimbangkan penggunaan simbol, warna, dan tipografi yang relevan.

3.       Buat Sketsa atau Desain Awal

Tuliskan pesan utama: Pastikan pesan Anda singkat, jelas, dan mudah diingat.

Pilih gambar atau ilustrasi: Gunakan gambar yang menarik, relevan, dan berkualitas tinggi.

Atur tata letak: Pastikan semua elemen dalam poster terorganisir dengan baik dan seimbang.

4.       Pilih Warna yang Tepat

Warna memiliki makna: Setiap warna memiliki makna psikologis yang berbeda. Pilih warna yang sesuai dengan pesan dan target audiens Anda.

Kontras: Gunakan kombinasi warna yang kontras untuk membuat poster lebih menonjol.

5.       Pilih Tipografi yang Mudah Dibaca

Font: Pilih font yang mudah dibaca dan sesuai dengan gaya poster Anda.

Ukuran: Sesuaikan ukuran font dengan panjang pesan dan ukuran poster.

6.       Gunakan Bahasa yang Sederhana dan Menarik

Singkat dan padat: Sampaikan pesan Anda dengan kalimat yang singkat dan mudah dipahami.

Menarik perhatian: Gunakan kata-kata yang kuat dan menarik.

7.       Perhatikan Tata Letak

Rule of Thirds: Bagi poster menjadi tiga bagian secara horizontal dan vertikal. Tempatkan elemen-elemen penting pada titik-titik perpotongan garis.

White Space: Berikan ruang kosong yang cukup agar poster tidak terlihat terlalu ramai.

8.       Pilih Media yang Tepat

Ukuran: Sesuaikan ukuran poster dengan tempat di mana poster akan dipasang.

Bahan: Pilih bahan yang tahan lama dan mudah dipasang.

 








Contoh Poster


 

 

 


Wawancara


Tahapan Melakukan Wawancara

1.       Menentukan Tujuan Wawancara:

2.       Tentukan topik: Apa yang ingin Anda ketahui dari narasumber?

3.       Tentukan tujuan: Apakah untuk mendapatkan informasi, opini, atau pengalaman?

4.       Memilih Narasumber:

5.       Pilih narasumber yang relevan: Pastikan narasumber memiliki pengetahuan atau pengalaman yang sesuai dengan topik.

6.       Hubungi narasumber: Buat janji wawancara dan jelaskan tujuan wawancara secara singkat.

7.       Membuat Daftar Pertanyaan:

Pertanyaan terbuka: Ajak narasumber untuk memberikan jawaban yang lebih panjang dan detail (misalnya: "Bagaimana pendapat Anda tentang...?", "Apa yang memotivasi Anda untuk...?").

Pertanyaan tertutup: Untuk mendapatkan jawaban yang spesifik (misalnya: "Kapan peristiwa itu terjadi?", "Berapa jumlah peserta?").

Urutkan pertanyaan: Mulai dari pertanyaan umum lalu menuju pertanyaan yang lebih spesifik.

8.       Buat laporan: Susun laporan wawancara yang jelas, sistematis, dan objektif.

 

 

Majas Personifikasi

Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang memberikan sifat-sifat manusia atau makhluk hidup pada benda mati atau konsep abstrak. Dengan kata lain, majas ini seolah-olah menghidupkan benda-benda mati sehingga mereka dapat berpikir, merasa, atau bertindak seperti manusia.

Contoh Majas Personifikasi:

v  Angin menangis di malam hari. (Angin sebenarnya tidak bisa menangis, tetapi kata "menangis" menggambarkan suasana sedih dan pilu)

v  Buku-buku itu tersenyum kepadaku dari rak. (Buku tidak bisa tersenyum, tetapi kata "tersenyum" menggambarkan perasaan senang saat melihat buku)

v  Hujan menari di atas atap. (Hujan tidak bisa menari, tetapi kata "menari" menggambarkan gerakan hujan yang ringan dan menyenangkan)

 


 

Pertanyaan ADIKSIMBA

 ADIKSIMBA adalah singkatan dari Apa, Di mana, Kapan, Siapa, Mengapa, dan Bagaimana. Ini adalah enam pertanyaan dasar yang harus dijawab dalam sebuah berita atau laporan untuk memberikan informasi yang lengkap dan jelas kepada pembaca. Pertanyaan-pertanyaan ini sering disebut juga dengan 5W+1H (What, Where, When, Who, Why, and How).

 

Masing-masing pertanyaan memiliki fungsi sebagai berikut:

1.    Apa: Menjelaskan tentang peristiwa atau kejadian yang sedang diberitakan. Apa yang sebenarnya terjadi?

2.       Di mana: Menjelaskan lokasi terjadinya peristiwa. Di mana peristiwa itu berlangsung?

3.       Kapan: Menjelaskan waktu terjadinya peristiwa. Kapan peristiwa itu terjadi?

4.    Siapa: Menjelaskan siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Siapa pelaku, korban, atau saksi?

5.   Mengapa: Menjelaskan alasan atau penyebab terjadinya peristiwa. Mengapa peristiwa itu bisa terjadi?

6.   Bagaimana: Menjelaskan cara atau proses terjadinya peristiwa. Bagaimana peristiwa itu bisa berlangsung?

 




***********************************************************************************
Selamat Belajar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FOTOSINTESIS

RANGKUMAN IPASKU _ KLS 4 SM-1