INDAHNYA AKHLAQ TERPUJI _ KISAH TELADAN RASULULLAH SAW _ AA 4/2

INDAHNYA AKHLAQ TERPUJI 
KISAH TELADAN RASULULLAH SAW


A. KISAH PERSAHABATAN ABU BAKAR DAN RASULULLAH SAW

Nabi mendatangi Abu Bakar dan mengabarkannya bahwa waktu hijrah telah tiba untuk mereka. Aisyah ra yang saat itu berada di rumah Abu Bakar mengatakan, “Saat kami sedang berada di rumah Abu Bakar, ada seorang yang mengabarkan kepada Abu Bakar kedatangan Rasulullah Saw dengan menggunakan cadar (penutup muka). Beliau datang pada waktu yang tidak biasa”. Kemudian nabi Muhamad Saw meminta izin untuk masuk, dan Abu Bakar mengizinkannya. Beliau bersabda, “Perintahkan semua keluargamu untuk hijrah”. Abu Bakar menjawab, “Mereka semua adalah keluargamu wahai Rasulullah”. Rasulullah Saw kembali mengatakan, “Sesungguhnya aku sudah diizinkan untuk hijrah”. Abu Bakar menanggapi, “Apakah aku menemanimu (dalam hijrah) wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Iya.” Lalu Rasulullah Saw menunggu malam datang. Pada malam hari, Nabi keluar dari rumahnya yang sudah dikepung orang-orang kafir Quraisy. Lalu Allah Swt menjadikan mereka tidak dapat melihat Nabi Saw. Saat itu Rasulullah menabur debu di kepala-kepala mereka, namun mereka tidak menyadarinya. Beliau menjemput sahabat Abu Bakar yang saat itu sedang tertidur. Abu Bakar pun menangis bahagia, karena menemani Rasulullah berhijrah. Aisyah mengatakan, “Demi Allah! Sebelum hari ini, aku tidak pernah sekalipun melihat seseorang menagis karena berbahagia. Aku melihat Abu Bakar menangis pada hari itu”. Perjalanan berat yang mempertaruhkan nyawa itu, Abu Bakar sambut dengan tangisan kebahagiaan. 

Sembunyi di Gua Tsur 

Dalam perjalanan hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw dan Abu Bakar bersembunyi di sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Tsur atau Tsaur. Gua Tsur adalah gua berada di puncak Jabal (bukit) Tsur Kota Makkah, berjarak terletak sekitar 7 Km dari Masjidil Haram. Nabi dan Abu Bakar sembunyi di Gua Tsur untuk menghindari kejaran kafir Quraisy.

Ketika sampai di mulut gua, Abu Bakar berkata, “Demi Allah, janganlah Anda masuk ke dalam gua ini sampai aku yang memasukinya terlebih dahulu. Kalau ada sesuatu (yang jelek), maka akulah yang mendapatkannya bukan Anda”. Abu Bakar masuk kemudian membersihkan gua tersebut. Setelah itu, Abu Bakar tutup lubanglubang di gua dengan kainnya karena ia khawatir jika ada hewan yang membahayakan Rasulullah keluar dari lubang-lubang tersebut; ular, kalajengking. Hingga tersisalah dua lubang, yang nanti bisa ia tutupi dengan kedua kakinya. Setelah itu, Abu Bakar mempersilakan Rasulullah masuk ke dalam gua. Rasulullah pun masuk dan tertidur di pangkuan Abu Bakar. Ketika Rasulullah istirahat, tiba-tiba seekor hewan menggigit kaki Abu Bakar. Ia menahan dirinya untuk tidak bergerak menahan gigitan hewan itu (riwayat lain menyebut seekor ular). Abu bakar berusaha sekuat tenaga menahan sakit karena tidak ingin membangunkan Rasulullah dari istirahatnya. Namun, Abu Bakar adalah manusia biasa. Rasa sakit akibat sengatan hewan itu membuat air matanya menetes dan terjatuh di wajah Rasulullah. Sang kekasih Allah pun terbangun, kemudian bertanya, “Apa yang menimpamu wahai Abu Bakar?” Abu Bakar menjawab, “Aku disengat sesuatu”. Kemudian Rasulullah mengobatinya. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Nabi mengobati Abu Bakar dengan ludah beliau


Melindungi Nabi dari Teriknya Matahari 

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Bakar menceritakan hijrahnya bersama Nabi. “Kami berjalan siang dan malam hingga tibalah kami di pertengahan siang. Jalan yang kami lalui sangat sepi, tidak ada seorang pun yang lewat. Aku melemparkan pandangan ke segala penjuru, apakah ada satu sisi yang dapat kami dijadikan tempat berteduh. Akhirnya, pandanganku terhenti pada sebuah batu besar yang memiliki bayangan. Kami putuskan untuk istirahat sejenak di sana. Aku ratakan tanah sebagai tempat istirahat Nabi Saw, lalu kuhamparkan sehelai jubah kulit dan mempersilahkan beliau untuk tidur di atasnya. Istirahatlah wahai Rasulullah. Beliau pun beristirahat. Setelah itu, aku melihat keadaan sekitar. Apakah ada seseorang yang bisa dimintai bantuan. Aku pun bertemu seorang penggembala kambing yang juga mencari tempat untuk berteduh. Aku bertanya kepadanya, “Wahai anak muda, engkau budaknya siapa?” Ia menyebutkan nama tuannya, salah seorang Quraisy yang kukenal. ku bertanya lagi, “Apakah kambing-kambingmu memiliki susu?” “Iya.” Jawabnya. “Bisakah engkau perahkan untukku?” pintaku. Ia pun mengiyakannya. Setelah diperah. Aku membawa susu tersebut kepada Nabi dan ternyata beliau masih tertidur. Aku tidak suka jika aku sampai membuatnya terbangun. Saat beliau terbangun aku berkata, “Minumlah wahai Rasulullah”. Beliau pun minum susu tersebut sampai aku merasa puas melihatnya.


Mengawal Rasulullah Selama Perjalanan 

Diriwayatkan al-Hakim dalam Mustadrak-nya dari Umar bin al-Khattab, ia menceritakan. Ketika Rasulullah dan Abu Bakar keluar dari gua. Abu Bakar terkadang berjalan di depan Rasulullah dan terkadang berada di belakang beliau. Rasulullah pun menanyakan perbuatan Abu Bakar itu. Abu Bakar menjawab, “Wahai Rasulullah, kalau aku teringat orang-orang yang mengejar (kita), aku berjalan di belakang Anda, dan kalau teringat akan pengintai, aku berjalan di depan Anda”. Apa yang dilakukan Abu Bakar ini menunjukkan kecintaan beliau yang begitu besar kepada Nabi Saw. Ia tidak ingin ada sedikit pun yang mengancam jiwa Nabi. Jika ada mara bahaya menghadang, ia tidak ridha kalau hal itu lebih dahulu menimpa Nabi. Demikianlah kisah indah Abu Bakar bersama Rasulullah. Rasulullah ingin bersama Abu Bakar ketika hijrah dan Abu Bakar pun sangat mencintai Rasulullah. Inilah kecocokan ruh sebagaimana disabdakan Nabi: “Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang berkumpul (berkelompok). Jika mereka saling mengenal maka mereka akan bersatu, dan jika saling tidak mengenal maka akan berpisah (tidak cocok).” (HR Bukhari dan Muslim)


=========================================================================

sumber : : Subkhiatin Noor, Aqidah Akhlaq IV, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Jakarta, 2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

FOTOSINTESIS